Sabtu, 20 September 2025

Sri Kumbang Award #01 2025 Ajang Olah Kreativitas Pelajar

Sri Kumbang Award #01 2025 Ajang Olah Kreativitas Pelajar 

Sejak Sabtu, 20 September 2025, portal pendaftaran Sri Kumbang Award #01 2025 resmi dibuka, menandai hadirnya wadah bagi generasi muda untuk merayakan semangat Sumpah Pemuda melalui kreativitas. Diselenggarakan oleh Official Sri Kumbang Group Management, ajang ini terbuka bagi pelajar TK hingga SMP di seluruh Indonesia. Dengan ketentuan yang ditetapkan panitia, peserta diharapkan tidak hanya menampilkan bakat, tetapi juga menegaskan kecintaan pada warisan budaya dan nilai kebangsaan yang menjadi landasan persatuan anak bangsa dalam sebuah kompetisi positif (20/09/2025).

Dalam pernyataannya, Daryanto Aribowo selaku perwakilan manajemen Sri Kumbang Group menjelaskan bahwa festival pelajar ini bertujuan menggali potensi digital sekaligus menumbuhkan kecintaan pada budaya lokal. Ia menegaskan bahwa ruang ekspresi melalui video pendek dan lomba mewarnai akan mendorong keterampilan komunikasi visual serta pemikiran kritis anak-anak. “Kami ingin membuka seluas-luasnya kesempatan bagi peserta untuk menuangkan ide atau cerita bermuatan kebangsaan dalam karya kreatif. Nanti semua hasil akan dinilai oleh tim juri profesional yang terdiri atas pakar seni, edukasi, dan budaya,” ujarnya.

Kompetisi dibagi dalam empat kategori usia agar proses penilaian berlangsung adil dan sesuai jenjang pendidikan. Kategori pertama diperuntukkan bagi anak TK, dilanjutkan kategori SD kelas 1–3, kategori SD kelas 4–6, dan kategori SMP. Setiap kelompok memiliki standar penilaian meliputi kreativitas, teknik, dan kedalaman pesan yang disampaikan. Pemenang utama dan nominasi harapan pada masing-masing kategori berkesempatan meraih hadiah menarik serta dukungan pembinaan untuk mengembangkan bakat lebih lanjut.

Rentang waktu pendaftaran Sri Kumbang Award #01 2025 dibuka hingga 20 Oktober 2025. Setelah masa pendaftaran dan unggah data berakhir, peserta dapat mengirim video story berdurasi 60 detik pada 23 Oktober 2025. Dewan juri kemudian akan menyeleksi karya pada 24–25 Oktober sebelum mengumumkan pemenang pada 26 Oktober, bersamaan dengan selesainya lomba mewarnai. Setiap tahap penilaian dilaksanakan secara transparan, dan peserta dapat memantau perkembangan status karya melalui portal resmi beserta akun media sosial Sri Kumbang Group.

Syarat khusus untuk kompetisi video, peserta diwajibkan membuat karya di lokasi areal Resto Sri Kumbang dan mengunggahnya ke akun resmi media sosial dengan tagar khusus yang disediakan panitia. Video akan dinilai berdasarkan narasi visual, orisinalitas ide, kualitas teknis, serta relevansi pesan dengan semangat Sumpah Pemuda. Lomba ini menekankan bukan sekadar aspek hiburan, tetapi juga kedalaman makna dan keberagaman bentuk ekspresi kreatif.

Kompetisi mewarnai digelar di pelataran Resto Sri Kumbang pada Minggu, 26 Oktober 2025. Ketiga kategori TK, SD 1–3, dan SD 4–6 melakukan registrasi ulang mulai pukul 08.00 WIB, kemudian lomba dimulai pukul 10.00 WIB. Suasana lomba dirancang interaktif dengan pendampingan orang tua dan guru, sehingga menimbulkan semangat kebersamaan. Peserta diwajibkan membawa peralatan dan meja gambar sendiri sementara panitia menyiapkan fasilitas lengkap, tempat duduk, dan area istirahat, agar semua peserta merasa nyaman dan termotivasi sepanjang kompetisi.

Seluruh pemenang juara utama dan nominasi harapan akan menerima hadiah yang dirancang untuk mendukung minat dan perkembangan kreatif mereka. Uang pembinaan akan membantu memperdalam bakat seni atau pembuatan video. Selain itu, disediakan hadiah kejutan dari sponsor, voucher wisata kuliner di Resto Sri Kumbang, dan paket wisata bersama Ngantilalicaraneturu Tour Guide Community. Kombinasi penghargaan ini diharapkan memacu semangat belajar, kreativitas, dan menjalin relasi baru di antara para pelajar.

Sebagai bagian dari rangkaian Sri Kumbang Award #01 2025, pada 28 Oktober akan diadakan donor darah terbuka bagi karyawan, masyarakat, dan pengunjung Resto Sri Kumbang. Kegiatan ini terselenggara atas kerja sama dengan PMI Kabupaten Klaten dan digelar di area parkir utama resto. Donor darah menjadi wujud nyata kepedulian sosial sekaligus sarana mengajak generasi muda memahami arti penting kontribusi kemanusiaan. Panitia juga menghadirkan hiburan musik santai serta pembukaan pameran karya pemenang dan nominasi di dua lokasi galeri virtual Studio 7 Art Space via proyektor Metaverse dan galeri fisik di area Resto Sri Kumbang.

Bazar kuliner khas Sri Kumbang turut memeriahkan festival kreativitas pelajar ini. Pengunjung dapat mencicipi hidangan tradisional sambil menikmati rangkaian acara sepanjang hari. Penutupan rangkaian Sri Kumbang Award #01 dilangsungkan pada 31 Oktober 2025 dengan sesi wisata bersama Ngantilalicaraneturu Tour Guide Community. Peserta dan keluarga dipersilakan menjelajahi destinasi budaya seperti wahana river tubing di Sungai Pusur Klaten, kemudian kembali ke Resto Sri Kumbang untuk foto bersama pemenang dan mitra acara. Momen ini menjadi ajang refleksi dan merayakan prestasi.

Sri Kumbang Award #01 2025 bukan sekadar kompetisi, melainkan panggung perayaan kreativitas dan semangat persatuan generasi muda Indonesia. Bagi sekolah, guru, orang tua, dan siswa yang ingin berpartisipasi, segera daftarkan diri melalui WhatsApp Sri Kumbang Resto di +62 812 2999 0062 serta kunjungi situs resmi atau akun media sosial Official Sri Kumbang Group Management untuk informasi lengkap pedoman teknis dan syarat lomba. Jangan lewatkan kesempatan berharga ini untuk mencatatkan namamu dalam catatan sejarah kreatif pelajar dan meraih pengalaman tak terlupakan.

Mari kita support bersama putra putri kesayangan guna mendorong generasi muda Indonesia yang berprestasi, dan memiliki jiwa semangat cinta tanah air.

( Pitut Saputra )

Artikel ini telah tayang di Peristiwa24.com

Selasa, 16 September 2025

Sri Kumbang Award #01 2025: Panggung Kreativitas Pelajar

Sri Kumbang Award #01 2025: Panggung Kreativitas Pelajar

Resto Sri Kumbang telah menjelma menjadi ikon wisata kuliner keluarga di Klaten, menggabungkan ragam masakan lezat, oleh-oleh khas, dan fasilitas bermain ramah anak. Setelah menapaki tahun-tahun kesuksesan sebagai destinasi santap dan rekreasi, manajemen merancang sebuah program baru: Sri Kumbang Award #01 2025. Kompetisi kreasi pelajar ini diharapkan semakin mengokohkan citra resto sebagai pusat edukasi, budaya, dan hiburan.  

Momentum Hari Sumpah Pemuda dan Sasaran Peserta

Digelar pada 26 Oktober 2025, bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda (28 Oktober), Sri Kumbang Award menyasar pelajar SD dan SMP. Lomba mewarnai untuk siswa SD dibagi menjadi dua kategori (kelas 1–3 dan 4–6), sedangkan pelajar SMP akan bersaing dalam membuat konten video story media sosial. Pemilihan tanggal bukan kebetulan, semangat persatuan dan kreativitas muda diharapkan terpancar dalam setiap karya.  

Opini Direktur Program: Strategi di Balik Kompetisi

Menurut Direktur Program Darwanto Aribowo, akrab dipanggil Bowo, Sri Kumbang Award bukan sekadar ajang lomba. “Kami ingin menggerakkan partisipasi aktif pelajar dalam seni rupa dan digital, sekaligus membumikan kecintaan pada budaya lokal,” ujarnya. Dalam pandangan Bowo, memadukan kompetisi mewarnai dengan konten media sosial dapat menjembatani dua dunia, tradisi dan teknologi. Kompetisi ini juga diharapkan memancing antusiasme keluarga untuk berkunjung sekaligus belajar bersama.  

Tujuan Strategis Menurut Bowo

Kompetisi ini dirancang untuk mencapai beberapa tujuan strategis:

- Menggerakkan partisipasi pelajar dalam seni rupa dan kreasi digital  
- Meningkatkan awareness dan citra positif Sri Kumbang di keluarga dan masyarakat  
- Mendorong peningkatan kunjungan wisatawan ke Sri Kumbang dan Umbul Kemanten  
- Memfasilitasi talenta muda mengekspresikan kecintaan terhadap budaya dan tanah air  
- Membangun jejak dokumentasi kreatif untuk publikasi di media sosial dan mitra media  

Bowo menegaskan bahwa setiap target saling terkait, semakin banyak karya dan cerita positif, semakin kuat pula posisi Sri Kumbang sebagai destinasi edukatif dan kultural.  

Mekanisme dan Kategori Lomba

Peserta terbuka bagi pelajar SD dan SMP dari seluruh Indonesia. Mekanisme lomba dijabarkan sebagai berikut:

- Kompetisi Mewarnai  
  * Kategori A: SD kelas 1–3  
  * Kategori B: SD kelas 4–6  
- Kompetisi Konten Video Story Media Sosial  
  * Kategori SMP kelas 1–3  

Dengan dua jenis kompetisi kreatif, Sri Kumbang mengakomodasi minat seni tradisional hingga keterampilan digital generasi muda.  

Tahapan dan Jadwal Kegiatan

1. Pendaftaran  
   - 10 September – 20 Oktober 2025  
   - Online via Google Form dan offline di Resto Sri Kumbang  
2. Pengumpulan Karya  
   - Konten media sosial: 20–25 Oktober 2025, maksimal pukul 20.00 WIB di resto  
   - Kompetisi mewarnai: 26 Oktober 2025, on the spot di lokasi  
3. Penjurian  
   - Konten media sosial: 25–26 Oktober 2025  
   - Mewarnai: 26 Oktober 2025, juri terdiri dari seniman lokal, content creator, dan perwakilan manajemen  
4. Pengumuman dan Penghargaan  
   - 26 Oktober 2025 di panggung utama Sri Kumbang Resto  

Bowo menambahkan, “Kami membuka pendaftaran seluas-luasnya untuk menumbuhkan semangat kompetisi sehat dan rasa persatuan di kalangan pelajar.”  

Biaya Pendaftaran dan Fasilitas

Peserta membayar biaya pendaftaran Rp 25.000,00. Paket ini mencakup:

- Konsumsi makan dan minum selama kompetisi  
- Media gambar (kertas, buku mewarnai) untuk lomba mewarnai  
- Akses area wisata Sri Kumbang & Umbul Kemanten  

Untuk lomba mewarnai, setiap peserta wajib membawa peralatan pribadi (pensil warna, krayon, spidol, atau media campuran). Sementara untuk lomba konten media sosial, peserta hanya diperkenankan mengirim satu video story dan wajib meng-upload-nya di akun pribadi sesuai petunjuk panitia.  

Hadiah dan Apresiasi

Manajemen Sri Kumbang Group menyiapkan berbagai hadiah bagi pemenang dan nominasi:

- Trophy dan sertifikat untuk Juara 1–3  
- Uang pembinaan untuk juara umum  
- Trophy tambahan untuk tiga nominasi terpilih  
- Pameran karya pemenang dan nominasi di Galeri Sri Kumbang serta Gallery Metaverse Studio 7 Art Space  
- Hadiah kejutan untuk juara dan nominasi  

Dokumentasi dan karya pemenang juga akan dipublikasikan di akun resmi Sri Kumbang dan mitra media, memberi eksposur maksimal bagi pelajar berprestasi.  

Ketentuan Umum 
Sri Kumbang Award #01 2025

- Setiap peserta hanya boleh mengirim satu karya  
- Lomba mewarnai: bebas menggunakan media campuran  
- Lomba konten media sosial: tema “Wisata Kuliner Sri Kumbang”, karya original dan dibuat di area Sri Kumbang  
- Peserta wajib follow akun @srikumbang_official dan mencantumkan tagar #srikumbangaward2025 #pesertasrikumbangaward2025  
- Penilaian berdasarkan kreativitas, kesesuaian tema, dan orisinalitas  
- Keputusan juri bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat  

Instruksi teknis lebih lanjut akan dibagikan melalui grup peserta dan admin kegiatan.  

Sri Kumbang Award #01 2025 lebih dari sekadar lomba. Ini adalah ajang pembelajaran, perayaan kreativitas, dan peneguhan cinta tanah air bagi generasi muda. Dengan mengusung semangat persatuan dan teknologi, kompetisi ini memperluas wawasan pelajar sekaligus menggaungkan potensi wisata edukatif Klaten.  

Segera daftarkan putra-putri Anda dan jadikan 26 Oktober 2025 sebagai panggung kreativitas mereka. Untuk info lengkap, hubungi panitia di 0812 2999 0062. Bersama Sri Kumbang, rayakan semangat muda, budaya, dan cita rasa lokal.

Form Pendaftaran : 

Lokasi Resto : 


( Pitut Saputra )

Artikel ini telah tayang di Kompasiana 

Jumat, 12 September 2025

Sri Kumbang Award #01 2025

Sri Kumbang Award #01 2025


Resto Sri Kumbang yang anggun berdiri di perbatasan Desa Sidowayah, Desa Wunut, dan Desa Janti, kini telah menjelma menjadi destinasi wisata kuliner terpadu di Klaten, menawarkan perpaduan sajian tradisional dan modern yang menggugah selera. Selain menu andalan khas Klaten, pengunjung dimanjakan dengan rangkaian oleh-oleh lokal dan arena bermain anak yang aman serta edukatif, menciptakan suasana nyaman bagi keluarga. Untuk semakin menguatkan citra sebagai tempat ramah keluarga dan pusat kreativitas, manajemen Sri Kumbang meluncurkan Sri Kumbang Award #01 2025 bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober mendatang, sebuah ajang kompetisi yang dirancang untuk menggugah semangat nasionalisme sekaligus menyalurkan energi kreatif generasi muda di Klaten dan sekitarnya (11/09/2025).

Menurut pemaparan Bowo selaku Owner dipaparkan terkait upaya Sri Kumbang dalam menyambut dan memeriahkan Hari Sumpah Pemuda pada Oktober 2025 mendatang, yakni terkait Sri Kumbang Award #01. Kompetisi ini terbuka bagi pelajar SD (kelas 1–6) dan SMP (kelas 1–3) di wilayah Klaten, membagi perlombaan ke dalam dua bidang utama: seni rupa melalui lomba mewarnai untuk siswa SD dan konten digital berupa video story untuk siswa SMP. Pendaftaran dibuka sejak 15 September hingga 20 Oktober 2025, baik secara daring melalui Google Form maupun luring di Resto Sri Kumbang. Sementara untuk pengumpulan karya konten digital dilakukan pada rentang 20–25 Oktober melalui grup WhatsApp panitia, sementara lomba mewarnai berlangsung on the spot pada 26 Oktober, bersamaan dengan rangkaian acara Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2025. Penjurian konten digital dijadwalkan pada 25–26 Oktober, sedangkan penilaian lomba mewarnai dilakukan langsung pada hari acara.” papar Bowo.

Lomba mewarnai mengusung tema “Warna Warni Kuliner Nusantara” dengan ilustrasi hidangan khas Klaten sebagai kanvas ekspresi peserta, menantang mereka untuk menerjemahkan keanekaragaman rasa dan warna masakan Indonesia ke dalam goresan krayon atau pensil warna. Sementara itu, lomba konten digital mengangkat tema “Jelajah Rasa Sri Kumbang” dalam format video story berdurasi maksimal 60 detik yang wajib diunggah ke akun Instagram atau TikTok pribadi, menandai akun resmi Sri Kumbang, dan melaporkan tautannya ke panitia. Melalui dua bidang ini, Sri Kumbang Award bertujuan menumbuhkan kebanggaan terhadap warisan budaya serta memacu literasi digital yang positif di kalangan pelajar.

Selain sebagai ajang kompetisi, Sri Kumbang Award #01 2025 memiliki lima tujuan strategis, pertama, menggerakkan partisipasi aktif pelajar dalam kegiatan seni rupa dan konten digital yang mencerminkan kecintaan mereka terhadap budaya dan tanah air; kedua, meningkatkan awareness dan citra positif Resto Sri Kumbang di kalangan keluarga dan masyarakat luas; ketiga, mendorong pertumbuhan kunjungan wisatawan ke kawasan Sri Kumbang dan Umbul Kemanten, keempat, memfasilitasi talenta muda untuk mengekspresikan kreativitas dan memberikan ruang bagi mereka dalam ranah publik; dan kelima, menciptakan jejak dokumentasi kreatif yang selanjutnya dipublikasikan di media sosial dan kanal mitra media, memperluas jangkauan promosi destinasi wisata berbasis komunitas.

Dalam hal penjurian, tim juri terdiri atas seniman lokal yang memahami estetika tradisional, content creator berpengalaman yang paham tren digital, serta perwakilan manajemen Resto Sri Kumbang. Setiap karya dinilai berdasarkan orisinalitas, estetika, relevansi tema, dan kepatuhan terhadap ketentuan lomba. Keputusan dewan juri bersifat final dan mengikat. Pengumuman pemenang akan dilakukan secara langsung pada sore hari di panggung utama Sri Kumbang Resto, selanjutkan hadiah diserahkan dalam seremoni yang tetap menerapkan protokol kesehatan ketat.

Lebih lanjut Bowo juga menerangkan “Sebagai bentuk apresiasi bagi para pemenang, panitia menyiapkan paket hadiah menarik untuk kedua kategori lomba. Juara I akan menerima trophy juara, uang pembinaan, sertifikat, dan berbagai voucher makan di Resto Sri Kumbang sebagai bentuk dukungan berkelanjutan terhadap bakat muda. Juara II dan III masing-masing berhak atas trophy, sertifikat, uang pembinaan, dan voucher makan yang tak kalah istimewa. Selain itu, semua peserta lomba akan memperoleh sertifikat keikutsertaan serta fasilitas makan dan minum gratis pada hari perlombaan, menghargai semangat dan kontribusi mereka dalam merayakan keberagaman budaya lokal.” terangnya.

Untuk mengikuti kompetisi, setiap peserta dikenai biaya pendaftaran sebesar Rp 25.000 yang sudah mencakup konsumsi dan media gambar untuk lomba mewarnai. Peserta mewarnai diwajibkan membawa alat gambar sendiri dan hanya boleh menyerahkan satu karya untuk menjamin orisinalitas. Peserta konten digital hanya diperkenankan mengirim satu video story melalui grup WhatsApp panitia. Formulir pendaftaran harus diisi lengkap saat daftar ulang baik secara offline di resto maupun online, dan pembayaran dapat dilakukan tunai di Resto Sri Kumbang atau melalui transfer bank sesuai detail rekening yang terlampir dalam juknis lomba.

Dewan juri pun membagikan beberapa tips persiapan lomba guna mengoptimalkan hasil karya. Untuk lomba mewarnai, pelajari variasi warna dan pola pada masakan Nusantara, serta memanfaatkan teknik blend krayon atau pensil warna untuk menghasilkan gradasi yang memukau. Bagi peserta konten digital, susun storyboard sederhana sebelum merekam video story agar alur konten lebih padat, lalu eksplorasi fitur aplikasi editing gratis untuk menambahkan teks, musik, atau filter yang mendukung tema. Yang terpenting, ikuti petunjuk teknis lomba dengan seksama agar karya memenuhi semua ketentuan.

Dengan terselenggaranya Sri Kumbang Award #01 2025, pada 26 Oktober mendatang, diharapkan tumbuh semangat kreativitas dan kecintaan pelajar terhadap warisan budaya serta kuliner lokal, sekaligus memperkuat posisi Klaten sebagai destinasi wisata keluarga yang wajib dikunjungi. Ke depan, manajemen Sri Kumbang berkomitmen melanjutkan kompetisi serupa sebagai bagian dari upaya pemberdayaan generasi muda dan pengembangan potensi wisata berbasis komunitas. Untuk informasi lebih lanjut, konfirmasi sponsorship, dan akses ke petunjuk teknis lomba, silakan menghubungi Sri Kumbang Management di Jl. Raya Tegalgondo-Janti No. 1, Wunut, Tulung, Klaten; Telepon/WA: 0812-2999-0062; Email: srikumbang2020@gmail.com; Web: sri-kumbang.weeblysite.com
Kontak Ipunk guna pendaftaran dilokasi Resto Sri Kumbang ( Ipunk Panitia ) atau via Google Link dan administrasi maupun Open Supporting Kegiatan.

(Pitut Saputra)

Artikel ini telah tayang di Metropaginews.com

Sri Kumbang Award #01 2025: Menyalurkan Kreativitas Pelajar melalui Seni dan Digital

Sri Kumbang Award #01 2025: Menyalurkan Kreativitas Pelajar melalui Seni dan Digital


Resto Sri Kumbang yang berdiri anggun di tepi jalan penghubung Desa Sidowayah, Desa Wunut, dan Desa Janti, telah berkembang menjadi destinasi wisata kuliner terpadu di Klaten yang menyuguhkan hidangan tradisional dan modern. Selain menu andalan, pengunjung dapat memilih oleh-oleh khas Klaten dan menikmati arena bermain anak yang aman dan edukatif. Untuk semakin mengukuhkan citra sebagai tempat ramah keluarga, manajemen Sri Kumbang telah menginisiasi kompetisi kreatif bertajuk Sri Kumbang Award #01 2025. Kegiatan ini sedianya akan digelar bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 2025 mendatang, sebuah momen tepat untuk menggugah semangat nasionalisme sekaligus kreativitas generasi muda (11/09/2025).

Rangkaian Kompetisi

Rangkaian lomba ditujukan untuk siswa SD dan SMP di Klaten dan sekitarnya dengan dua bidang utama, seni rupa dan konten digital. Melalui lomba mewarnai, pelajar SD dapat mengekspresikan kecintaan pada budaya dan kuliner lokal lewat goresan warna. Sementara itu, lomba konten media sosial untuk pelajar SMP mendorong literasi digital dan penggunaan teknologi yang positif. Sinergi antara seni analog dan digital ini diharapkan bisa menumbuhkan kebanggaan terhadap warisan budaya serta potensi wisata lokal Sri Kumbang dan Umbul Kemanten.

Tema Sri Kumbang Award 2025

Kompetisi mewarnai mengangkat tema “Warna Warni Kuliner Nusantara” dengan ilustrasi yang menggambarkan hidangan khas Klaten. Setiap peserta diminta menghadirkan interpretasi personal tentang keanekaragaman rasa dan warna masakan Indonesia. Proses mewarnai tidak hanya melatih motorik halus, tapi juga menumbuhkan rasa estetika dan penghargaan pada tradisi kuliner lokal.

Sementara itu, lomba konten media sosial mengusung tema “Jelajah Rasa Sri Kumbang” dalam format video story berdurasi maksimal 60 detik. Peserta SMP ditantang membuat konten kreatif yang informatif dan menghibur, misalnya tutorial kuliner, review menu, atau dokumentasi pengalaman keluarga. Kegiatan ini mengajak remaja mempraktikkan storytelling digital yang dapat meningkatkan kepercayaan diri, kemampuan produksi konten, serta pemahaman tentang etika media sosial.

Maksud dan Tujuan

Kegiatan ini bertujuan untuk menggerakkan partisipasi aktif pelajar dalam bidang seni rupa dan produksi konten digital sebagai bentuk ekspresi kreatif yang selaras dengan kecintaan terhadap budaya dan tanah air. Selain itu, inisiatif ini diharapkan mampu meningkatkan awareness serta citra positif Resto Sri Kumbang di kalangan keluarga dan masyarakat luas, sekaligus mendorong peningkatan kunjungan wisatawan ke kawasan Sri Kumbang dan Umbul Kemanten. Melalui fasilitasi talenta muda dan penciptaan dokumentasi kreatif yang dapat dipublikasikan di media sosial maupun kanal mitra media, kegiatan ini menjadi wadah strategis untuk memperkuat identitas lokal dan memperluas dampak promosi destinasi wisata berbasis komunitas.

Kompetisi Untuk Umum

Kompetisi dibuka untuk umum seluruh pelajar SD kelas 1–6 pada lomba mewarnai dan pelajar SMP kelas 1–3 pada lomba konten media sosial. Pendaftaran dapat dilakukan daring melalui formulir Google dan luring di Resto Sri Kumbang mulai 20 September hingga 20 Oktober 2025. Panitia menyediakan media gambar dan konsumsi untuk peserta mewarnai, sedangkan peserta konten digital wajib mengunggah karya mereka sesuai petunjuk teknis.

Tim juri terdiri atas seniman lokal, content creator berpengalaman, dan perwakilan manajemen Sri Kumbang. Penjurian mengedepankan aspek orisinalitas, estetika, relevansi tema, dan kepatuhan terhadap aturan. Hasil penjurian diumumkan pada hari yang sama dengan kegiatan mewarnai di panggung utama Sri Kumbang Resto. Pemberian penghargaan akan dilakukan secara simbolis dengan protokol kesehatan yang terjaga.

Jadwal dan Tahapan

- Pendaftaran: 15 September – 20 Oktober 2025 (online via Google Form dan offline di Sri Kumbang).  
- Pengumpulan karya konten media sosial: 20–25 Oktober 2025 pukul 20.00 WIB di Sri Kumbang Resto.  
- Lomba mewarnai on the spot: Minggu 26 Oktober 2025 bersamaan dengan Momentum Peringatan Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2025.  
- Penjurian konten digital: 25–26 Oktober 2025, sementara untuk lomba mewarnai dinilai langsung saat acara Minggu 26 Oktober 2025.  
- Pengumuman pemenang dan penyerahan hadiah: 26 Oktober 2025 di panggung utama Sri Kumbang Resto.

Kategori dan Penilaian

Lomba mewarnai dibagi menjadi dua kategori berdasarkan jenjang kelas SD. Kategori A untuk siswa kelas 1–3 dan kategori B untuk siswa kelas 4–6. Panitia menyiapkan gambar template bertema kuliner Nusantara yang wajib diwarnai peserta dengan media yang dibawa sendiri. Peserta hanya dapat mengumpulkan satu karya, dan alat mewarnai seperti krayon atau pensil warna menjadi tanggung jawab masing-masing.

Lomba konten media sosial bersifat kompetisi terbuka dengan format video story berdurasi maksimal 60 detik. Peserta wajib mengunggah karya ke akun Instagram atau TikTok pribadi, menandai akun resmi Sri Kumbang, dan mengirimkan tautan karya ke panitia. Penilaian mencakup kreativitas pengemasan ide, kualitas editing, kesesuaian tema, dan dampak pesan positif bagi audiens. Keputusan dewan juri bersifat final dan tidak dapat diganggu gugat.

Hadiah dan Penghargaan

Sebagai bentuk apresiasi terhadap kreativitas dan partisipasi peserta, panitia menyediakan beragam hadiah dan penghargaan menarik dalam kategori mewarnai dan konten digital. Juara I akan menerima Trophy Juara, Uang Pembinaan, sertifikat, serta aneka voucher makan di Resto Sri Kumbang sebagai simbol prestasi dan dukungan terhadap talenta muda. Juara II dan III di setiap kategori juga akan mendapatkan trophy, sertifikat, Uang Pembinaan dan voucher makan yang tak kalah istimewa. Tak hanya para pemenang, seluruh peserta juga akan memperoleh sertifikat keikutsertaan dan menikmati fasilitas makan minum gratis sebagai bentuk penghargaan atas semangat dan kontribusi mereka dalam merayakan budaya dan kreativitas lokal.

Biaya Pendaftaran dan Ketentuan

Biaya pendaftaran untuk setiap peserta ditetapkan sebesar Rp 25.000, yang sudah mencakup konsumsi dan media gambar khusus untuk lomba mewarnai. Peserta kategori mewarnai diwajibkan membawa alat gambar sendiri dan hanya diperbolehkan menyerahkan satu karya sebagai bentuk komitmen terhadap orisinalitas. Sementara itu, peserta konten digital dapat mengirimkan satu video story melalui grup WhatsApp panitia sebagai bagian dari proses penilaian. Formulir pendaftaran harus diisi secara lengkap saat daftar ulang, baik melalui jalur offline maupun online, guna memastikan validitas data peserta. Pembayaran dapat dilakukan langsung di Resto Sri Kumbang atau melalui transfer ke rekening panitia yang telah disediakan, sehingga memudahkan akses dan partisipasi dari berbagai kalangan.

Tips Persiapan Lomba dari Dewan Juri

Dewan juri memberikan sejumlah tips penting untuk memaksimalkan persiapan lomba, dimulai dengan mempelajari tema variasi warna dan pola pada masakan Nusantara sebagai sumber inspirasi mewarnai yang orisinal dan bermakna. Teknik blend menggunakan krayon atau pensil warna sangat dianjurkan untuk menghasilkan efek gradasi yang menarik dan dinamis. Bagi peserta konten digital, disarankan membuat storyboard sederhana sebelum proses perekaman agar alur video lebih padat dan terarah. Eksplorasi fitur aplikasi editing gratis juga dapat memperkaya konten dengan tambahan teks, musik, atau filter yang relevan dengan tema. Yang tak kalah penting, seluruh peserta wajib mengikuti petunjuk teknis lomba (juknis) sebagai panduan utama dalam berkarya secara maksimal dan sesuai ketentuan.

Harapan dan Penutup

Dengan terselenggaranya Sri Kumbang Award #01 2025, diharapkan tumbuh semangat kreativitas dan kecintaan pelajar pada warisan budaya dan kuliner lokal. Kegiatan ini juga menjadi sarana edukatif yang menyenangkan bagi keluarga yang berkunjung ke Sri Kumbang dan Umbul Kemanten. Kedepannya, manajemen berkomitmen melanjutkan kompetisi serupa sebagai bagian dari program pemberdayaan generasi muda. Mari jadikan momen ini sebagai langkah awal mempromosikan Klaten sebagai destinasi wajib kunjung keluarga.

Informasi dan Kontak

Sebagai bagian dari apresiasi management Sri Kumbang juga akan memamerkan karya mewarnai di Gallery Sri Kumbang dan Gallery Metaverse Studio 7 Art Space serta mengunggah karya-karya pemenang di media Sri Kumbang_Official
Untuk informasi lebih lanjut, konfirmasi sponsorship, dan petunjuk teknis lomba, silakan menghubungi Sri Kumbang Management.

Jl. Raya Tegalgondo - Janti No. 1, Wunut, Tulung, Klaten  
Telepon/WA: 0812-2999-0062  
Email: srikumbang2020@gmail.com  

Artikel ini telah tayang di koranjateng.com 

( Pitut Saputra )

Senin, 08 September 2025

Sri Kumbang dan Simfoni Kehidupan di Persawahan Jawa

Sri Kumbang dan Simfoni Kehidupan di Persawahan Jawa

KLATEN-srikumbang.blogspot.com
Matahari merayap di ufuk timur ketika embun pagi pertama menetes di helaian daun padi. Di antara desau angin dan debur air sungai kecil yang membelah sawah, seberkas sinar lembut mentari menyapa riuh kehidupan mikro. Dari balik rumpun padi muncul sesosok kumbang, merangkak perlahan di atas batang hijau muda. Bagi siapapun yang mengenal tradisi agraris Jawa, kehadiran serangga itu bukan sekadar suara gesekan sayap, melainkan panggilan lembut Dewi Sri, penguasa kesuburan, yang merajut jalinan antara manusia, tanah, dan langit (08/09/2025)

Dalam khazanah kepercayaan Jawa, Dewi Sri dipuja sebagai pelindung padi dan pemberi rezeki. Setiap pagi, petani menebar doa pada pintu sawah, menabur biji padi di batas petak, memohon keselamatan dan keberlimpahan. Ia disebut Sri Kedaton, ratu jagat, yang bertahta di hamparan padang hijau. Simbol tandan padi yang menjuntai menandakan kelahiran kembali dan pembaruan hidup. Dari ritual wiwitan, pemujaan biji padi hingga upacara tumplak wajan, semua menunjukkan bagaimana masyarakat Jawa membiarkan alam mengalir dalam puja, doa, dan syukur yang terurai seperti aliran sungai di lembah.


Ketika padi mulai menua, suara kumbang kian kentara. Di dalam primbon, kumbang ini disebut Sri Kumbang, teman setia Dewi Sri dalam meneguhkan janji kesuburan. Namanya mengalun dalam kidung dan mantra, diantar dalam mantenan sawah “Sri Kumbang rawuh, tandha semangat lestari, padi hendak tumbuh gemah ripah.” Mitos ini seolah menuturkan bahwa saat kumbang menerka cahaya bulir emas, ia memetakan masa panen, seolah menusuk benih dengan ramalan rahasia. Namun dibalik kisah magis itu, terdapat proses pesan ilahi, bahwa tiap hidup, sekecil apa pun, memegang peran dalam keberlanjutan jagat. Dalam tradisi Jawa, kumbang menjadi analogi pemimpin yang rendah hati, tak menolak debu dan lumpur. Dari tubuh ringkihnya, petani menimba kepercayaan jika ia mampu menembus tanah liat, maka niscaya benih yang mereka tanam akan tumbuh pula. Kepercayaan dalam hati tersebut, mengakar pada nilai gotong royong dan kesabaran.

Sementara di sisi ilmiah menegaskan peran kumbang sebagai dekomposer ulung. Larvanya, yang sering dianggap hama ketika memenuhi perakaran pohon kelapa, sejatinya memecah serasah organik, daun kering, batang padi gugur, kulit buah, menjadi humus kaya nutrisi. Proses penguraian itulah yang menyuburkan tanah, membuka jalan nutrisi menyusup ke akar tanaman. Metamorfosis dari larva ke kumbang dewasa mengilustrasikan dua fase kerusakan sekaligus penyembuhan, bencana dan berkah yang berjalan beriringan seperti nadi di bawah permukaan bumi.


Dalam ritual wiwitan menjelang panen, sesajen berjejer rapi, nasi tumpeng, tahu tempe, jagung, dan secuil beras merah. Di antara benda-benda suci itu sering diselipkan replika kumbang dari daun pisang. Ini bukan sekadar hiasan, ia penanda siklus yang tak boleh diputus. Sambutan bagi Sri Kumbang adalah ungkapan terima kasih atas perjalanan biji yang mengubah tanah menjadi santapan. Ritus ini mengingatkan kita bahwa manusia dan serangga kecil, sama-sama berlayar menembus gravitasi tanah, mencari nafkah dan menghormati peran satu sama lain.

Mitos dan kepercayaan tentang Sri Kumbang memang hadir dalam berbagai versi, baik yang bernuansa positif maupun yang mengandung sisi negatif, namun semuanya kembali pada kebijakan dan niat kita dalam menyikapi warisan budaya tersebut. Dalam tradisi Jawa, kumbang bukan sekadar serangga, melainkan simbol spiritual yang sarat makna, dari pertanda kehadiran makhluk halus hingga lambang ketekunan dan transformasi hidup. Kehadirannya bisa menjadi pengingat siklus untuk lebih peka terhadap lingkungan dan batin, sekaligus membuka ruang refleksi dan pemaknaan yang mendalam. Dengan sikap bijak, kita dapat menggali nilai-nilai luhur di balik mitos ini, menjadikannya sebagai jembatan antara dunia nyata dan spiritual, serta sebagai inspirasi dalam memperkuat identitas dan ketahanan budaya komunitas.


Di kala dunia modern mendesak waktu petani dengan teknologi dan pestisida, bayang Sri Kumbang mengundang refleksi. Ia muncul sebagai kritik lembut, ketika tanah dibedaki bahan kimia, di sanubari alam tumbuh kegersangan. Kumbang yang tersisa hanyalah kerikil tubuh tanpa nyawa, tanda bahwa harmoni terganggu. Petani bijak merangkul predator alami, menjaga batas populasi kumbang, menanam varietas padi tumpang sari, dan memelihara pohon peneduh di sekitar sawah. Dengan demikian, suara sayap kumbang yang berputar di antara rumpun padi adalah ritme keseimbangan yang patut didengar.

Lintas budaya, kisah kumbang berkelindan dengan makna serupa. Di Mesir kuno, scarab, kumbang kotoran, disakralkan sebagai penggerak matahari, simbol kebangkitan dan keabadian. Di Tiongkok, ladybug dipercaya membawa rezeki dan perlindungan, jika hinggap di tangan, dipercaya akan membawa kebahagiaan. Di Jepang, anak-anak memelihara kabutomushi, kumbang petarung musim panas, belajar arti kekuatan dan kepedulian melalui pertarungan kecil yang penuh keriuhan. Di Amerika Pribumi, serangga ini menjadi lambang transformasi, mencerminkan siklus metamorfosis. Sementara di Eropa, ladybird, “beetle of Our Lady” melindungi tanaman dari hama, simbol doa dan kasih yang melingkupi bumi.


Dalam benak setiap petani Jawa, Sri Kumbang mempertemukan mitos dan fakta dalam simfoni panjang alam. Ia mengajarkan bahwa tidak ada pupuk berupa uang atau teknologi yang mampu menandingi kearifan lokal dan siklus alami. Dari larva yang memakan sisa tanaman hingga kumbang dewasa yang mengetes keemasan bulir padi, kita menyaksikan panggung kecil yang meniru lakon jagat raya, kelahiran, pertumbuhan, kerusakan, regenerasi. Setiap detik perjalanan serangga itu adalah pengingat akan kefanaan dan kesuburan yang abadi, dipahat oleh tangan-lengan surya dan rahim bumi.

Saat fajar kembali ke peraduan cahayanya, kumbang terbang menghilang di balik deretan pohon ketapang. Debu halus mengikuti jejak sayapnya, membumbung melewati batas pandang. Di ladang, petani tersenyum pahit manis, menyadari bahwa kehadiran Sri Kumbang bukan soal ramal-menebak atau takut akan bala, melainkan undangan memetik makna siklus hidup. Seperti halnya biji padi menjejakkan akar, tumbuh daun, berbunga, lalu kembali menjadi benih, kumbang kecil itu memandu kita merayakan setiap ujung yang selalu berarti awal baru. Dan di sanubari masyarakat Jawa, suara gesek cangkang kumbang adalah nyanyian abadi tentang hubungan manusia, alam, dan Dewi Sri, yang selamanya saling melengkapi dalam lingkaran hidup.


Bertolak dari sedikit pemahaman terkait falsafah masyarakat jawa tentang Sri dan Kumbang tersebut, maka tidak mengherankan bila beberapa nama di tempat ini juga terlihat unik, seperti nama restonya sendiri Resto Sri Kumbang namun dibalik setiap keunikan nama-nama tempat di areal ini, selalu ada mitos dan tradisi budaya masyarakat Jawa yang menyertainya. 

Saat pertama menapaki gerbang Resto Sri Kumbang, udara basah membelai wajah, mengundang rasa ingin tahu akan cerita yang tersembunyi di balik setiap nama. Bowo, sang pemilik, menyambut dengan senyum tenang dan membisikkan kisah kuno tentang dua elemen utama, air dan tanah. Di sisi kiri terbentang kolam renang yang memantulkan lentera senja, diberi nama Bagus Tirta, air suci yang memurnikan raga dan jiwa pengunjung. Di kejauhan, hamparan hijau yang riuh dengan kicau burung dan gemerisik daun dinamai Siti Pertiwi, tanah pertiwi yang menopang setiap benih hingga berbuah.


Bagus Tirta bukan sekadar kolam renang. Di kecemerlangannya, tertanam harapan agar setiap orang melepaskan beban, membiarkan tetesan air membasuh kecemasan dan menumbuhkan rasa segar. Konon, para sesepuh Jawa percaya bahwa air berwujud tirta membawa berkah apabila diperlakukan dengan rasa hormat. Bowo menjelaskan betapa pentingnya menjaga kejernihan air, sama seperti kita menjaga niat dalam hidup agar tetap murni dan tak tercemar.

Sedangkan Siti Pertiwi merangkul kehangatan tanah yang menyatu dengan akar dan makhluk kecil di dalamnya. Tanah di area flora dan fauna itu berdenyut kehidupan, tempat ulat menjadi kupu, benih menjadi bunga, dan harapan berkembang bersama batang bambu. Nama Siti Pertiwi mengingatkan kita pada ibu asal segala ciptaan, yang dengan sabar memberi nutrisi tanpa pernah menuntut balas. Di sana, jejak kaki terasa lembut, namun kokoh, mengingatkan bahwa setiap langkah kita berakar pada tanggung jawab memelihara bumi.


Di beberapa desa sekitar Klaten, ritual simbolik mempertemukan kendi berisi air dan kendi berisi tanah dalam tari pernikahan tiga hari. Upacara itu membuktikan bahwa air tanpa tanah kehilangan pijakan, dan tanah tanpa air tak mungkin menghidupi benih. Bowo pernah ikut menyaksikan sendiri prosesi itu, janur kuning mengikat kendi, kidung gamelan mengalun pelan, dan masyarakat berjalan bersisian, menandai janji setia memelihara dua unsur agar kehidupan terus berputar dalam harmoni.

Berjalan ke ujung taman, kita menyadari bahwa Bagus Tirta dan Siti Pertiwi lebih dari sekedar nama, mereka adalah undangan untuk merawat kearifan nenek moyang. Di setiap jejak air dan lubang tanam, terpatri pesan agar manusia memelihara keseimbangan alam. Resto Sri Kumbang menjadi ruang di mana cita rasa kuliner bersanding dengan nilai-nilai spiritual, menjadikan setiap kunjungan bukan sekadar tentang santapan, melainkan perenungan tentang indahnya menjaga warisan tanah air.

( Pitut Saputra )

Artikel ini telah tayang di 
medium.com

Sri Kumbang and the Symphony of Life in the Javanese Rice Fields


KLATEN-medium.com  
The sun creeps over the eastern horizon as the first droplets of morning dew cling to the blades of rice. Amid the whisper of the wind and the murmur of a small river that cuts through the paddies, a soft beam of sunlight greets the bustling world of micro-life. From within the clusters of rice stalks emerges a beetle, inching its way along the pale green stem. To anyone versed in Java’s agrarian traditions, the presence of this insect is far more than the rustle of wings, it is the gentle call of Dewi Sri, goddess of fertility, weaving the bond between humans, earth, and sky (08/09/2025).

In the rich tapestry of Javanese beliefs, Dewi Sri is venerated as protector of the rice and giver of sustenance. Each morning, farmers whisper prayers at the edge of their fields, scatter rice seeds at the plot’s boundary, beseeching safety and abundance. They call her Sri Kedaton, queen of the realm, enthroned upon the expanse of green. The drooping rice panicles symbolize rebirth and renewal. From the ritual of sowing the first seeds to the ceremony of tumplak wajan, every practice reveals how Javanese communities let nature flow through their worship, prayers, and gratitude, as fluid as a river carving its valley.


As the rice matures, the beetle’s song grows louder. In the primbon, this beetle is named Sri Kumbang, Dewi Sri’s steadfast companion in affirming fertility’s promise. Its name resonates in chants and mantras, woven into the harvest-field marriage rite, “Sri Kumbang arrives, herald of enduring spirit; the rice is destined to flourish rich and full.” This myth tells that when the beetle senses the glow of golden grains, it divines the harvest time, as if piercing the seed with a secret prophecy. Yet behind this magical tale lies a divine message: every creature, no matter how small, plays a part in the world’s continuity. In Javanese tradition, the beetle symbolizes a humble leader, unshunning dust and mud. From its fragile form, farmers draw faith, if it can burrow through clay, so too will the seeds they plant take root. That belief, deep in their hearts, springs from values of community cooperation and patience.

Meanwhile, science affirms the beetle’s role as an excellent decomposer. Its larvae, often deemed pests when they infest coconut roots, actually break down organic litter, dried leaves, fallen rice stalks, and fruit husks into nutrient-rich humus. That decomposition nourishes the soil, opening pathways for nutrients to reach plant roots. The metamorphosis from larva to adult beetle illustrates two phases, destruction and healing, disaster and blessing intertwined like the underground currents beneath the earth.


In the wiwitan ritual before harvest, offerings stand in neat rows, nasi tumpeng, tofu and tempeh, corn, and a portion of red rice. Among these sacred items, a banana-leaf replica of the beetle is often tucked in. This is no mere decoration; it marks a cycle that must not be broken. Welcoming Sri Kumbang expresses gratitude for the journey of the seed that transforms earth into food. This rite reminds us that humans and tiny insects alike sail through soil’s gravity, earning their livelihoods while honoring each other’s roles.

Myths and beliefs about Sri Kumbang take many forms, some positive, some tinged with fear, but all depend on our intent and wisdom in engaging with this cultural heritage. In Javanese tradition, the beetle transcends its insect form to become a spiritual symbol, from an omen of otherworldly presence to an emblem of perseverance and life’s transformations. Its presence reminds us of cyclical rhythms, urging sensitivity to our environment and inner selves, while opening space for deep reflection and meaning. With discernment, we can unearth the noble values behind this myth, using it as a bridge between the tangible and the spiritual, and as inspiration to strengthen community identity and cultural resilience.


As the modern world presses farmers with technology and pesticides, the shadow of Sri Kumbang calls for reflection. It appears as a gentle critique, when the land is dusted with chemicals, nature’s soul grows parched. The surviving beetles are mere empty shells, signs that harmony has been disrupted. Wise farmers embrace natural predators, maintain balanced beetle populations, plant mixed-variety rice, and cultivate shade trees around the fields. Thus, the flip of a beetle’s wing amidst the rice stalks becomes the cadence of an equilibrium deserving our attention.

Across cultures, the beetle’s story carries similar resonances. In ancient Egypt, the scarab was sacred as the sun’s mover, symbolizing resurrection and eternity. In China, the ladybug is believed to bring fortune and protection, if it alights on your hand, happiness follows. In Japan, children raise kabutomushi, summer beetle warriors, learning strength and care through playful contests. Among Native Americans, the insect stands for transformation, mirroring the cycle of metamorphosis. In Europe, the ladybird, “beetle of Our Lady”, defends crops from pests, symbolizing prayer and love enveloping the earth.


In the mind of every Javanese farmer, Sri Kumbang unites myth and fact in nature’s grand symphony. It teaches that no amount of money or technology can outmatch local wisdom and natural cycles. From larvae consuming crop remains to adult beetles testing the golden grains, we witness a miniature stage that echoes the universe’s drama, birth, growth, decay, regeneration. Each moment in the beetle’s journey is a reminder of mortality and eternal fertility, carved by the sun’s arms and earth’s womb.

When dawn returns to its resting place, the beetle flies away beyond the row of ketapang trees. Fine dust trails its wingbeats, floating past the horizon. In the fields, farmers smile bittersweetly, understanding that Sri Kumbang’s presence is not about omens or fear of calamity, but an invitation to harvest the meaning of life’s cycles. As the rice seed roots, sprouts leaves, blossoms, and returns to seed, the little beetle guides us to celebrate each ending as a new beginning. And in the hearts of Javanese people, the rasp of its shell remains an eternal song of the bond between humans, nature, and Dewi Sri, each completing the other in the circle of life.


Drawing from this glimpse into Javanese philosophy of Sri and the beetle, it’s no surprise that several place names here carry unique stories, like the restaurant itself, Resto Sri Kumbang. Behind each distinctive name lies a myth and tradition of Javanese culture.

Stepping through the gates of Resto Sri Kumbang for the first time, the moist air caresses your face, stirring curiosity about the tales hidden behind every name. Bowo, the owner, greets you with a calm smile and whispers the ancient story of two prime elements, water and earth. To the left spreads a swimming pool reflecting the lanterns of dusk, named Bagus Tirta, “sacred water” said to purify body and soul. In the distance, a verdant expanse alive with birdsong and rustling leaves is called Siti Pertiwi, “the earth mother” that sustains each seed until it bears fruit.


Bagus Tirta is more than a pool. In its clarity lies the hope that every guest will release their burdens, let the water wash away worries, and feel renewal. Elders believe that tirta water brings blessings when treated with reverence. Bowo explains how crucial it is to maintain that purity, just as one must keep intentions in life untainted.

Meanwhile, Siti Pertiwi embraces the warmth of soil intertwined with roots and tiny creatures below. The land in this flora-fauna zone pulses with life, a place where caterpillars become butterflies, seeds become flowers, and hope grows alongside bamboo stalks. The name Siti Pertiwi evokes the mother of all creation, who patiently nourishes without demanding return. There, every footstep feels soft yet steadfast, reminding us that each of our steps is rooted in the responsibility to care for the earth.


In several villages around Klaten, a symbolic ritual in three-day wedding ceremonies unites a water vessel and an earth vessel in dance. This rite proves that water without earth loses its foundation, and earth without water cannot sustain seeds. Bowo once witnessed the procession himself, yellow palm-leaf decorations tying the jars, the gamelan hymn drifting slowly, villagers walking side by side, pledging to nurture both elements so life may continue in harmony.

Wandering to the garden’s far edge, you realize that Bagus Tirta and Siti Pertiwi are more than names, they are invitations to cherish ancestral wisdom. In every ripple and planting hole lies the message to preserve nature’s balance. Resto Sri Kumbang becomes a space where culinary delights merge with spiritual values, making each visit not just a meal but a reflection on the beauty of safeguarding our homeland’s heritage.

( Pitut Saputra )

Artikel ini telah tayang di 

Minggu, 07 September 2025

Kebahagiaan Kecil di Tanah Lapang Wangen

Kebahagiaan Kecil di Tanah Lapang Wangen 

KLATEN - Srikumbang.blogspot.com
September telah tiba dengan angin yang membawa cerita baru ke hamparan rumput hijau di lapangan depan gapura Dukuh Wangen, tepat di samping Masjid Jami. Setiap sore, senandung desir angin menjadi panggilan tak terbantahkan untuk mengundang para pengunjung datang, anak-anak berlari riang, remaja berjalan santai, orang tua setia mengawasi dengan senyum lembut. Di langit senja, layang-layang hias aneka rupa dan warna menari seperti lukisan hidup, menciptakan pemandangan yang tak lekang oleh waktu dan membius siapapun yang menyaksikannya (07/09/2025).  

Ipunk salah seorang pemandu wisata dari Ngantilalicaraneturu Tour Guide Community mengajak kami menikmati wisata gratis sejenak, sebelum perjalanan menuju resto Sri Kumbang guna wisata kuliner setelah seharian lelah berwisata.

Waktu menuju senja, saat kami tiba di tanah lapang yang berubah menjadi magnet wisata gratis dan menenangkan sekaligus menyulut kegembiraan kolektif. Para remaja silih berganti datang dengan gawai di tangan, tak hanya untuk menerbangkan layang-layang, tetapi juga untuk mengabadikan momen lewat selfie dan foto-foto layang-layang melayang di langit jingga. Suasana pun semakin bergetar dengan tawa renyah dan teriakan kecil anak anak, memperkaya panorama sore dengan irama spontanitas saat melepas layang-layangnya setinggi-tingginya.  

Para pengguna jalan yang kebetulan melintas tak mampu menahan pandangan. Warna-warni layang-layang di atas hamparan padi menjadi pemandangan kontras tetapi harmoni, hijau padi, jingga langit, dan kerlip berwarna-warni yang sesekali menyingkirkan kesibukan pikiran, menggantinya dengan rasa ingin tahu dan kekaguman sederhana. Beberapa kendaraan terlihat pelan menepi, sopirnya ikut merekam momen atau sebatas menanyakan harga layang layang kepada penjaja di pinggir jalan. Sejenak, hiruk-pikuk jalan berubah menjadi dialog kecil tentang keindahan desa.  

Pedagang kecil pun mendapat berkah dari angin dan keramaian ini. Di tepi lapangan dan sepanjang jalan menuju pertigaan Tegal Gondo Janti, mereka menata dagangan, dari gorengan hangat, minuman segar, sampai camilan tradisional yang menggoda. Aroma bakso bakar dan kacang rebus berpadu dengan wangi rerumputan yang dingin, menciptakan sensasi kuliner desa yang membuat siapa saja rindu kampung. Setiap gigitan dan tegukan terasa lebih manis, karena dinikmati sambil menonton tarian layang-layang di cakrawala.  

Anak-anak kecil berlarian dari satu sudut lapangan ke sudut lain, berusaha mengejar bayangan layang-layang yang bergerak lincah. Orang tua duduk di tikar atau pinggir lapangan, sesekali memanggil agar anaknya berhenti sejenak makan jajanan. Kelucuan tawa mereka dan senyum penuh kasih menjadi saksi bahwa lapangan ini bukan sekadar ruang kosong, melainkan ruang kegembiraan dan pertemuan antar generasi.  

Kini, tanah lapang pojok desa ini telah menjelma menjadi oase wisata sore yang memikat hati. Destinasi baru di sekitar Wangen, Cokro Janti, dan Polanharjo ini menawarkan pengalaman berbeda, wisata gratis, namun akrab, dan sarat kebersamaan. Di pertigaan jalan Tegal Gondo Janti, tak jauh dari Resto Sri Kumbang Wunut, juga terlihat barisan layang-layang menggantung rapi, siap terbang. Latar belakang sawah terhampar luas dengan langit jingga senja menjadikan setiap foto tampak bak karya seni.  

Tempat ini kerap dipilih sebagai pemberhentian singgah oleh wisatawan lokal maupun pelintas jalan. Mereka yang ingin memberikan hadiah sederhana kepada buah hati atau sekadar merasakan atmosfer desa yang hangat menjadikan lapak pinggir sawah ini tujuan spontan ketika pulang kantor atau setelah menghadiri undangan keluarga. Seolah tanpa perencanaan matang, lapangan berubah menjadi tepian pantai yang riuh oleh layang-layang, mengingatkan pada Sanur, Bali, namun dengan nuansa pedesaan yang lebih personal.  

Keelokan sunset berpadu dengan keriangan layang-layang di angkasa menumbuhkan rasa syukur di antara warga. UMKM setempat menikmati lonjakan penjualan, anak-anak belajar kebersamaan dan gotong royong saat membantu menaikkan tali layang-layang, sedangkan orang tua merasakan ketenangan berbeda menyaksikan putra-putri mereka bahagia. Semua pihak merasakan manfaat berganda: ekonomi lokal terangkat, relasi sosial menguat, dan keindahan alam desa tersiar luas lewat media sosial.  

Angin September dan cuaca cerah bagaikan berkah tak terduga dari Yang Maha Kuasa. Di sudut desa kecil ini, oase kegembiraan muncul tanpa tiket masuk, hanya perlu hati terbuka dan waktu luang. Nilai senyum anak-anak, tawa remaja, dan hangatnya kebersamaan sama berharganya dengan nominal rupiah. Lapangan di Dukuh Wangen telah membuktikan bahwa keindahan sejati bisa lahir dari hal sederhana, angin, rumput, dan warna-warni layang-layang di langit senja.  

Sebelum malam turun, langit pun berubah gelap, meninggalkan jejak cahaya terakhir di ufuk barat. Layang-layang satu per satu diturunkan, tali dilepaskan, dan pengunjung mulai beranjak pulang. Namun bibir mereka tetap tersungging senyum, membawa pulang keindahan senja dan kebahagiaan sederhana. Besok, angin akan berhembus lagi, memanggil kita untuk kembali, karena di lapangan kecil ini, cerita indah selalu menunggu diceritakan.

Kami pun melanjutkan perjalanan menuju Sri Kumbang resto, yang berlokasi persis di samping gapura desa wisata Wunut dan mengantarkan para tamu menikmati hidangan kuliner aneka macam selepas puas menikmati senja dan sunset sore di tanah lapang. Sri Kumbang menjadi pilihan peserta tour karena disamping menawarkan aneka hidangan lezat juga menyediakan oleh-oleh dan souvenir cantik produk UMKM sekitar.


Akhirnya perjalanan wisata Minggu ini yang diwarnai dengan sentuhan kecil menengok wisata gratis desa, meninggalkan kesan dan pesan mendalam bagi para peserta tour yang di handle team ngantilalicaraneturu Tour Guide Community. 

( Pitut Saputra )

Artikel ini telah tayang di 

Sabtu, 06 September 2025

Kemenangan Gemilang Timnas U 23 Indonesia atas Macau dirayakan Penuh Suka Cita di Sri Kumbang Resto

Kemenangan Gemilang Timnas U 23 Indonesia atas Macau dirayakan Penuh Suka Cita di Sri Kumbang Resto

KLATEN-Srikumbang_blogspot.com
Pertandingan Timnas U 23 Indonesia melawan Macau malam ini kembali membangkitkan gelora dan sorak sorai di kalangan penggemar. Tidak hanya pesta gol seperti pada laga Timnas Senior malam sebelumnya, duel malam ini juga dipenuhi jual beli serangan yang intens. Garuda Muda mengunci kemenangan telak 5–0 lewat kombinasi serangan balik kilat dan pressing ketat di lini tengah. Suasana di layar lebar Sri Kumbang Resto berubah menjadi lautan merah putih yang bergemuruh setiap kali gol tercipta (06/09/2025).

Dua hari berturut-turut Indonesia meraih kemenangan memuaskan, membuat atmosfer jelang laga terasa berbeda. Di meja-meja resto, para pengunjung tampak bersemangat mengenakan jersey resmi timnas, syal merah putih melingkar di leher, dan wajah berseri merayakan harapan baru. Hawa malam di Wunut terasa hangat, bukan karena suhu udara, melainkan semangat kolektif yang membakar antusiasme setiap individu. Percakapan ringan pun mengalir deras tentang prediksi pencetak gol dan strategi pelatih

Gol pertama Indonesia hadir pada menit ke-10 lewat tendangan bebas akurat dari sayap kiri yang dikirimkan ke jantung pertahanan Macau. Tendangan tajam pemain muda kita membobol gawang lawan, menjadikan skor 1–0. Momen itu memicu teriakan histeris di seluruh penjuru resto, piring dan gelas sejenak terabaikan dalam kegembiraan. Suara “GOOOOOL!” menggema sebelum akhirnya kembali tenang menanti aksi berikutnya.

Tak perlu waktu lama bagi Indonesia menggandakan keunggulan. Pada menit ke-17, serangan cepat dari umpan terobosan menciptakan situasi satu lawan satu di depan gawang. Penyerang sayap kanan menendang rendah tanpa ragu, menjebol sisi kanan gawang Macau. Sorakan penonton di Sri Kumbang membaur dengan tepuk tangan histeris, menandai dominasi penuh tim Merah Putih.

Memasuki babak kedua, tempo pertandingan tidak mereda. Garuda Muda terus menekan, menampilkan kombinasi umpan pendek dan serangan sayap yang memukau. Pada menit ke-55, tendangan jarak jauh menukik indah tepat di pojok gawang, mempertegas superioritas Indonesia menjadi 2–0. Puluhan pasang mata di resto tak berkedip menyaksikan bola menari indah di udara sebelum bersarang di jala gawang lawan.

Pasca turun minum menit ke 48 gol kembali tercipta oleh Rayhan Hannan yang berhasil memanfaatkan kemelut di kotak penalti lawan dengan tendangan keras ke arah gawang. Dua gol tambahan juga kemudian datang beruntun pada menit ke-68 dan menit ke-74. Pemain pengganti yang masuk pada babak kedua memanfaatkan celah yang muncul di lini pertahanan Macau. Kedua gol tersebut lahir dari skema serangan terstruktur dan insting tajam di kotak penalti. Saat angka berubah menjadi 5–0, gemuruh tak terbendung memenuhi ruangan, seolah menemukan ledakan kenikmatan kolektif.

Perayaan kecil tak bisa ditahan begitu peluit panjang berbunyi. Fans di Sri Kumbang saling berpelukan, berdiri di kursi, meneriakkan yel-yel “Indonesia!” berulang kali. Suasana riuh tercampur aroma kopi robusta dan hangatnya wedang teh jahe. Sebagian pengunjung sesekali meneguk minuman hangat sambil menggenggam tangan teman atau keluarga di seberang meja.

Usai euforia pertandingan, manajemen resto menghadirkan suguhan live musik akustik. Seorang gitaris mengiringi lagu-lagu nasionalis dan pop Indonesia yang semakin memupuk rasa bangga. Iringan musik lembut mengundang tepuk tangan mengikuti irama, menciptakan momen kebersamaan di antara perbedaan latar belakang. Alunan petikan senar dan suara vokal yang merdu membawa santai namun tetap semarak.

Sembari menikmati musik, pengunjung dan fans berdiskusi hangat mengenai detik-detik krusial selama pertandingan. Banyak yang berdebat tentang pilihan pemain di bangku cadangan atau strategi pelatih saat menurunkan tekanan. Obrolan mengalir antara catatan statistik dan kisah lawak ringan untuk mengisi jeda kosong antara lagu. Suasana akrab menegaskan bahwa sepak bola bukan hanya soal kemenangan di lapangan, tetapi juga ikatan sosial yang terbentuk di luar arena.

Kemenangan telak 5–0 ini dianggap lebih dari sekadar angka gol. Bagi para fans, hasil ini membuktikan kualitas pelatih dalam meracik komposisi tim, serta kedisiplinan para pemain muda. Harapan menguat bahwa Timnas U 23 dapat melaju jauh di ajang kompetisi selanjutnya. Semangat solidaritas terasa semakin kuat, memupuk optimisme kolektif di kalangan suporter.

Para Chef Sri Kumbang turut merayakan kemenangan dengan menyajikan menu spesial nasi goreng, Bakmi Jawa dan sate gurih untuk semuanya. Piring-piring berkeliling dari meja ke meja, memberikan kehangatan makanan tradisional. Momen makan bersama menciptakan ikatan lintas generasi, remaja hingga orang tua duduk berdampingan, sama-sama mencicipi hidangan. Sederhana, namun sarat makna persatuan dan rasa syukur.

Tidak sedikit pengunjung yang mengabadikan malam ini lewat foto grup di depan layar lebar. Kamera handphone menangkap ekspresi gembira dan latar belakang lapangan hijau penuh lampu stadion. Foto-foto itu segera beredar di media sosial dengan tagar #GarudaMudaMenang, #SriKumbangResto, dan #SemangatMerahPutih. Keriuhan virtual berikutnya seakan memperpanjang kegembiraan malam di dunia maya.

Ipunk seorang pemandu wisata dari Ngantilalicaraneturu Tour Guide Community yang kebetulan juga hadir menonton memberikan komentar bijak “Lebih dari skor yang saya prediksi, saya bangga dengan cara tim ini bermain. Mereka kompak, berani, dan tak kenal lelah.” Pernyataan itu disambut anggukan setuju dan tepuk tangan dari yang lain. Momen itu menjadi pengingat bahwa sepak bola juga mengajarkan nilai sportivitas dan kerja sama. Nilai-nilai itulah yang akhirnya merajut kekuatan baru di setiap pertandingan.

Sebelum meninggalkan resto, para fans meninggalkan kesan dan pesan pada beberapa karyawan resto Sri Kumbang, menunjukkan apresiasi atas pengalaman menonton bersama. Ada pula yang menulis kritik membangun demi penyempurnaan layanan resto ke depan. Papan itu menjadi saksi bisu kebersamaan singkat namun berkesan.

Malam diakhiri dengan foto bersama beberapa karyawan Sri Kumbang Resto dan perwakilan suporter. Senyum lepas mengembang di wajah semua orang, tanda kebersamaan dalam suka cita. Musik orgen tunggal pun berhenti dengan tepuk tangan meriah, menutup rangkaian acara sederhana penuh kehangatan. Sri Kumbang berhasil menjadi tempat pertemuan antara gairah sepak bola dan keakraban komunitas.

Hasil positif dua kali menang beruntun ini memicu antisipasi tinggi menjelang matchday berikutnya. Para fans berharap momentum tak terputus, mendukung terus Garuda Muda tanpa henti. Diskusi strategi dan prediksi serupa pasti akan terulang, kali ini dengan catatan lebih matang. Semangat yang tertanam di resto malam ini akan terbawa ke mana pun penggemar pergi.

Pada akhirnya, pertandingan versus Macau bukan sekadar adu skor. Ia menjadi panggung perwujudan mimpi bersama, kebersamaan lintas generasi, dan selebrasi rasa nasionalisme. Sri Kumbang Resto menyediakan panggung ideal bagi warga sekitar Wunut, dan Polanharjo untuk merayakan kecintaan pada sepak bola. Malam itu membuktikan, dalam kegembiraan kolektif, kita menemukan kekuatan baru untuk terus bersinar.

( Pitut Saputra )

Artikel ini telah tayang di 

Semarakkan Momentum Sumpah Pemuda, Sri Kumbang Group Gelar Serangkaian Kegiatan

Semarakkan Momentum Sumpah Pemuda, Sri Kumbang Group Gelar Serangkaian Kegiatan  KLATEN - srikumbang.blogspot.com Memasuki Bulan...